Curug Cibereum terdiri dari air
terjun utama Curug Cibeureum, dan dua air terjun lain yang lebih kecil, Curug
Cidendeng dan Curug Cikundul. Curug Cibeureum adalah air terjun terbesar dan
paling pendek di kawasan ini, letaknya yang lebih terbuka dan dekat shelter
sehingga lebih banyak dikerumuni. Nama Cibeureum berasal dari bahasa sunda yang
berarti sungai merah, nama ini diambil dari nuansa merah dinding tebing yang
terbentuk dari lumut merah yang tumbuh secara endemik di sana.
Di sebelah kanan Curug Cibeureum adalah Curug Cidendeng,
ukurannya lebih tinggi dan langsing. Airnya melintasi tebing batu-batu trap dan
jatuh menimpa lereng tebing yang berlumut. Sedangkan yang paling kanan adalah
Curug Cikundul, letaknya yang sangat tinggi dan agak tersembunyi di ceruk dua
tebing. Dinamakan Cibeureum karena konon dulu air yang dialirkannya berwarna
merah. Ci (Sunda, artinya air) dan beureum (Sunda, artinya merah). Warna merah
ini berasal dari dinding tebing curug ditumbuhi lumut merah (Jika terkena sinar
matahari, warna air pun terlihat berubah menjadi merah.
Selain mitos berupa air yang berwarna merah tersebut di atas,
terdapat juga mitos yang lain yaitu diyakininya keberadaan seorang pertapa
sakti yang sedang melakukan laku ritual (bertapa). Dikarenakan bertapa sangat
lama dan tekun akhirnya pertama tersebut berubah menjadi batu. Konon batu besar
yang berada di tengah-tengah air terjun Cibeureum ini adalah perwujudan seorang
pertapa sakti tersebut. Terletak di dalam kawasan
Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP) Cibodas, tepatnya di Desa Sindang Laya,
Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar